Facebook Harus Belajar Dari Kegagalan Friendster
Banyak complain dan pertanyaan yang mengarah makin membabi butanya facebook dalam menambah fitur membuat saya bertanya, apakah nasibnya akan seperti Frienster dahulu kala, bisa jadi iya bisa jadi tidak. FB, kependekan dari Facebook memang mempunyai banyak modal ketimbang pendahulunya FS, atau Friendster hal ini akan membuat Facebook lebih bisa bertahan lama walaupun sedikit-demi sedikit mulai tidak disukai penggunanya.
Kebijakan Facebook yang selalu memaksakan kehendak membuat orang semakin pusing untuk menggunakan Facebook, seperti contoh beberapa waktu lalu yang memaksakan pengguna menggunakan format timeline yang baru, jutaan complaint mengarah ke Facebook. Group Invites juga membuat kesal pengguna facebook yang tiba tiba tergabung dalam sebuah group dan banyak notifikasi muncul di perangkat mobile mereka, karena mengganggu akhirnya mereka logout dari facebook.
Saya masih ingat betul bagaimana Frienster banyak menambahkan fitur baru yang membuat website yang berubah menjadi website social game itu terasa berat diakses. Hal yang sama juga terjadi di Facebook, mudahnya orang membuat aplikasi saya pikir akan menjadi bomerang sendiri bagi Facebook. Celah keamanan yang semakin terbuka ketika data dengan leluasa dishare ke jutaan server milik pihak ketika pembuat aplikasi tambahan membuat orang semakin berhati-hati.
Banyaknya aplikasi juga akan membuat orang semakin bingung harus menggunakan aplikasi yang mana, bisa jadi Facebook akan berubah menjadi Social Apps seperti layaknya Friendster yang berubah menjadi Social Games. Saya sendiri tidak mengerti kenapa kebijakan facebook selalu menambahkan fitur baru, bukan memperkuat fitur yang ada dulu.
Sudah saatnya Facebook belajar ke Frienster, jangan sampai kegagalan terjadi. Saya tidak begitu paham dengan finanance, tapi berita turunnya saham Facebook membuat ketar-ketir, mungkin belum saatnya IPO pikir saya. Hemm...