Belakangan, walaupun akhirnya katanya ditunda terlebih dahulu. Pemberitaan tentang pengenaan biaya saat tarik tunai di ATM bank-bank pemerintah lewat jaringan Link ramai diperbincangkan. Jika memang benar-benar diterapkan, apa sih penyebabnya? menurut saya ini beberap penyebabnya.
1. Memindahkan Biaya ke Pelanggan.
Ah tarik tunai mana ada biayanya? ya pasti ada. Itu ATM pakai listrik, pakai jaringan internet, apalagi yang di daerah harus pake satelit yang biaya koneksinya lebih mahal. Belum lagi biaya infrastruktur di backend, biaya perawatan, biaya orang yang mengoprasionalkannya dan yang lainnya. Saya pikir dalam satu transaksi saja ada biayanya, walaupun mungkin kecil gak sampai angka 6000. Tapi bank ingin biaya ini ditanggung nasahabah. Lalu apa fungsinya biaya admin bulanan? bisa jadi tidak bisa menutup ongkos yang keluar dari tiap nasabah.
2. Sering Narik, Jarang Ngendap
Nah, ini menurut saya sebab utamanya. Bank tidak bisa menggolangkan uang kita-kita semua, saya yakin lebih dari 50 persen saat gajian, segera ditarik. Gajian jam 10 pagi, jam 3 sore sudah kembali ke saldo minimum, alhasil bank tidak bisa memonetisasi kembali uang nasabah. Sederhananya, nabungnya jarang, transaksi nariknya sering banget. Saya sendiri suka iseng melihat struk-struk yang berserakan di ATM, dari 10 yang saya lihat, lebih dari setengahnya saldonya kritis.
3. Transisi ke Digital Payment
Mungkin bank sedang mengedukasi masyarakat supaya mengurangi penggunaan uang fisik, transisi ke transaksi yang bersifat digital.
Saya bukan setuju dengan pembebanan biaya saat tarik tunai, hanya melihat dari sisi yang lain. Teman-teman di tim mana? Setuju atau tidak setuju?