Kata-kata itu masih teringat ditelinga saya hingga saat ini, kata-kata itu terucap dari adikku yang sangat polos ketika kami masih berjualan di pinggir pantai pangandaran sekitar tahun 2002. Ada seorang tamu yang menanyakan tempat prostitusi didaerah pangandaran dan dengan polosnya adik saya menunjukan suatu daerah dipangandaran yang biasanya mangkal para pemuas nafsu laki-laki hidung zebracross, belang. Jawaban serupa juga dilakukannya ketika ada tamu yang Tanya atau beli bir, dengan polos adiksaya menjawab tidak ada namun setelah itu menunjukan tempat yang jualan bir. Haha..ternyata itu hanya masa lalu dan sudah berulang kali diingatkan untuk tidak berkata demikian. Lalu mau bahas apa nih? Lanjut..
Liburan kemaren saya sempet pulang kampong dan sore hari kami bertiga, saya , kanto dan iman sikecil jalan-jalan mengitari pantai menggunakan motor, walaupun iman tertidur tapi tidak menyurutkan niat kami untuk menikmati indahnya ombak laut. Ketika kami melewati suatu daerah ditepian pantai, saya kaget dibuatnya, betapa tidak siang hari ternyata banyak pub-pub dan warung-warung remang-remang yang membuka jam operasionalnya siang hari. Banyak suara-suara orang karaoke dari dalamnya dan banyak wanita-wanita yang menurut saya tidak begitu cantik menggunakan pakaian seksi dengan makeup yang tidak wajar. Tempat itu adalah tempat yang ditunjukan adikku saat menjawab pertanyaan seorang wisatawan diawal. Kenapa saya kaget?
Temen-temen pasti masih ingat peristiwa tsunami yang menghancurkan tepian pantai pangandaran beberapa taun yang lalu? Nah..tempat itu waktu tsunami adalah tempat terparah yang diterjang tsunami, semua bangunan rata dengan tanah dan memang didaerah itu korban yang paling banyak ditemukan bahkan saya mendengar kabar bahwa salah satu germo didaerah itu tewas juga diterjang tsunami. Astagfirullah ..tempat itu sekarang kembali seperti semula menjadi tempat yang tidak wajar.
Satu hal lagi yang membuat saya kaget adalah, tidak jauh dari situ ada pemakaman umum tempat dimakamkannya korban tsunami lebih dari 100 makam, masih sangat jelas patok-patok makam tanpa nama yang hanya bertuliskan nomor karena jenazah tidak dikenali. Jajaran makam itu tidak membuat merinding orang situ untuk segera menempuh jalan yang lebih baik. Mereka tidak membayangkan jika tsunami datang kembali atau bagaimana..ya allah berikanlah mereka petunjuk.
Bagaimanapun Pangandaran adalah tanah kelahiran saya, citra baik ingin dihadirkan keseluruh dunia tentang Pangandaran. Mudah-mudahan pemerintah setempatpun paham akan hal itu..amiiin.