Bisnis ini di Indonesia masih sangat jarang, saya juga berfikir kenapa, padahal potensinya sangat besar sekali, mungkin modalnya juga cukup besar, walaupun tidak terlihat. Tidak terlihat karena memang di backend, mereka punya data besar sekali, tapi tidak dijual satuan. Apa saja coba? mungkin ada teman-teman yang belum tau.
Hotel Bed Bank
Di Dunia tidak banyak yang bermain ini, salah satunya adalah kalau tidak salah ada Xpedia dan Sabre. Bisnis ini luar biasa, mereka punya inventory ribuan hotel atau mungkin jutaan room siap jual, jika tidak salah, Traveloka awal-awal ini membeli dulu, ketika sudah mulai membesar baru mulai canvas ke hotel-hotel secara langsung. Sebenarnya di Indonesia ada MG Bed Bank, tapi kabarnya memang sedang tidak bagus dan cenderung tenggelam.
Flight Data
Di Dunia lagi-lagi Sabre kalau tidak salah yang memegang kendali, sedikit sekali yang bermain disini, bisa jadi justru yang memegang kendali pricing di Flight adalah model perusahaan seperti ini, bukan maskapainya. Bayangkan, mereka punya banyak sekali data dan inventori penerbangan, siap di integrasikan dengan ribuan hingga jutaan platform, agency dan yang lainnya. Di Indonesia kalau tidak dulu ada, saya lupa namanya, belum ramai-ramai OTA.
Channel Manager
Teknologi ini dikuasai oleh India dan Australia, fungsi utamanya adalah menghubungan antara Hotel dengan Online Travel Agent. Hotel tidak susah payah atur Availibility, Rate dan Inventory (ARI) untuk puluhan atau banyak OTA, meminimalisir double booking juga. Ini bisnis di Indonesia belum ada, kalaupun ada biasanya perwakilan. India dan Australia menguasai bisnis ini semisal Siteminder (Australia), Rategain (Indonesia), Ezee (India) ada juga Book and Link (Katanya German/Filiphina/Indonesia) tapi ketika saya komunikasi dengan programmernya, lagi-lagi dari negerinya Sharul Khan dan Tuan Takur.
Travel Inventory
Di Dunia lagi-lagi dikuasai Sabre, nah di Indonesia saya belum tau banyak, mungkin TiketTux memegang kendali ini, saya berfikir karena TiketTux adalah pioner, bisa jadi TiketTux yang menyuplai data inventory ini ke Traveloka dan teman-temannya. Redbus ada juga, tapi saya tidak tau juga apakah Redbus menjualnya kembali atau tidak secara B2B.
Di Indonesia, belum banyak yang bermain di ranah integrasi dan data bank. Saya masih meyakini bahwa yang melakukan integrasi antar bank seperti Link, Garuda adalah perusahaan luar, memang ada SDM kita didalamnya, tapi yang memegang corenya perusahaan luar.
Tidak gampang memang memulai pekerjaan jenis ini, karena mungkin besar juga modalnya. Dan, bisnis ini jarang orang yang melihatnya, padahal potensial. Saya melihat seperti RajaOngkir (penyedia data ongkos kurir) tidak banyak, mungkin yang paling leading RajaOngkir, tidak banyak orang tau, tetapi bisnis ini ada.
Mungkinkah Telkom? saya tidak yakin juga, beberapa tahun lalu sempat bekerjasama dengan Telkom, saya pikir telkom memiliki salah satu bisnis yang seperti ini di Tourism, lagi-lagi penyedianya dari Australia (V3 Leasure).
Ada lagi gak contoh-contoh perusahaan yang berjalan di belakang (backend), tetapi sebenarnya bisnis mereka menggurita?