Startup Indonesia
Jor-joran Iklan, Sudah Untungkah Mereka?

Jor-joran Iklan, Sudah Untungkah Mereka?

Oleh | Rabu, 03 Maret 2021 19:10 WIB | 2.000 Views 2021-03-03 19:10:38

Ada sebuah diskusi menarik dengan seorang teman terkait banyaknya perusahaan rintisan di Indonesia (Startup) yang beriklan dengan dana yang sangat besar, bahkan sebagian blocking time di TV swasta. Diskusinya mengarah pada pikiran yang sama, sudah untungkah mereka?

Kami berdikusi panjang tentang ini, tentang bagaimana mereka memikirkan mendapatkan revenue, apakah dari bisnis utamanya atau justru dari bisnis-bisnis sampingan yang kita tidak tahu. Diskusi tentu membahas satu persatu Startup dengan status yang sangat besar. Tentu semuanya dari sudut pandang kita, karena kita tidak pernah tau laporan keuangan mereka, maklum mereka bukan perusahaan publik (sudah IPO) yang bisa diakses laporan keuangannya. Pemberitaan-pemberitaan yang ada dimedia juga secara teknis bisa dilakukan dengan membuat advertorial membahas kesuksesan mereka, tapi lagi-lagi laporan keuangan yang tidak bisa diakses umum tentu membuat kita bertanya-tanya.

Perbincangan pertama berada dikelompok Marketplace, sudahkah mereka untung? Sudahkan Tokopedia untung? sudahkah Shopee untung, sudahkah Bukalapak untung? diskusi saya dengan teman ini menyimpulkan bila mereka belum untung. Biaya operasional yang begitu besar, biaya marketing yang begitu besar, biaya akuisisi yang begitu besar kita yakini belum membuat mereka untung, walaupun untung pastinya sangat tipis sekali dan pake banget.

Kita meyakini bila semacam Shopee Ads, Keanggotaan Power Merchant milik tokopedia belum menjadi penopang reveneu terbesar mereka. Lagi-lagi, suntikan dana dalam bentuk pendaan seri-A sampai seri-seri selanjutnya masih menjadi "nafas" dan bensin untuk mereka bertahan. Pertanyaan mengarah kepada Blanja, apakah kehabisan bensin? 

Diskusi selanjutnya adalah memikirkan bisnis "sampingan" mereka yang ternyata lebih besar, kita membahasnya bukan di Marketplace-marketplace yang sudah besar saja, tetapi beberapa platform kita bahas. Bisnis sampingan itu mereka buat karena mereka punya Crowd, punya komunitas dan punya data yang kuat. Sangat mungkinkan mereka mengakuisisi produsen yang penjualannya sangat moncer di platform mereka? atau bahkan dari awal mereka menyiapkan Pivot ke lini bisnis yang benar-benar tidak nyambung seperti ke Properti, tambang atau juga membuat venture dan memberikan investasi ke perusahaan-perusaan lainnya?

Crowd yang mereka punya juga sebagian dimanfaatkan untuk membentuk revenue stream baru, seperti membuat eMoney atau kerjasama dengan penyedia emoney untuk bisa menggunakan crowd yang mereka miliki. Kalau revenue stream ini saya pikir masih relevan dengan bisnisnya.

Jadi sudah untung atau belum? Mungkin dari pembaca semua ada yang punya info terkait in? Hehehe, kalau punya bolehlah berbagi :).
 


Baca atau Download PDF Adi Sumaryadi - Bicara IT dan Internet







Mungkin anda tertarik menonton video tentang Mau Jadi Orang IT? Inilah Peta Jalan atau Roadmap yang Harus Ditempuh

Startup Indonesia Lainnya
Menjadi Founder Startup Tak Lagi Membanggakan?
Selasa, 11 April 2023 00:27 WIB
Menjadi Founder Startup Tak Lagi Membanggakan?
Keberanian Founder Startup dan Harapan Investor
Selasa, 27 Juli 2021 15:22 WIB
Keberanian Founder Startup dan Harapan Investor