"Jenengane Turmudi Ang, Salam geur engko ketemu". Mohon maaf jika saya masih mengenang banyak kenangan hidup dengan bapak. Ucapan itu masih memang masih teringat, maklum, baru tahun lalu Salam bapa untuk salah satu teman SMA-nya baru saja tersampaikan.
Kata Bapak, dulu, saat masih sekolah di SMA Muhammadiyah Pangandaran, saya kurang tahu tepatnya, mungkin sekitar angkatan 80-83an ada seorang teman yang setiap waktu istirahat, ia selalu menyempatkan diri untuk Sholat Duha di masjid sekolah, namanya Turmudi. Bapak cerita bila Turmudi ini orangnya pintar, rajin dan ya itu suka di masjid sementara teman lainnya istirahat.
Saat saya masih kecil, bapa sering bercerita bahwa temannya ini sekarang sering diluar negeri, Belanda, Australia dan yang lainnya. "Agi neleti Pring Ang, diukur unggal dinane, sekang iwung genduk pring, tapi mbuh go gawe apa", Sedang meneliti Iwung Ang (Panggilan bapak ke saya), diukur setiap hari perkembangannya, dari bambu kecil hingga dewasa, tapi tidak tahu untuk apa.
Pertama kali ke Bandung, saya tinggal di Gegerkalong, gang Gegersuni dan berpindah ke Gegerkalong girang baru. Target saya saat itu adalah menyampaikan salam bapa untuk Pak Turmudi, yang katanya jadi dosen di UPI. Begitu teman kosan ada yang punya daftar dosen, saya coba langsung cari, namun belum berhasil. Salam belum tersampaikan.
Bertahun-tahun lupa, hingga bapa meninggal di tahun 2015 lalu. Saat melihat sebuah berita di media online bahwa ada profesor asal Pangandaran, langsung saya ingat kembali, mungkinkah Pa Turmudi yang dimaksud Bapak? Saya coba mencari-cari lagi, bedanya saat ini sudah ada Sosial media, dan Alhamdulillah wajah dan email beliau tercapture manis di Facebook Bu Luvy, tetangga saya di komplek yang ternyata adalah Mahasiswa Pascasarjananya di UPI, dan pa Turmudi adalah promotornya. Saya coba mau tanya kontaknya bu Luvy, tapi saya masih penasaran akan mengirimkan email dulu. Saya coba email, saya ceritakan apa yang sering bapa ceritakan, dan saya sertakan nomor handphone saya juga.
Setelah magrib, WhatsApps call berbunyi, ternyata Prof Turmudi menelphone, nyaris 30 menit menceritakan panjang masa SMAnya, perjalanan hidupnya. Ternyata tempat tinggal di Bandung kami tidak begitu jauh, sayangnya masih Pendemi hingga beliau ditugaskan di Purwakarta, hingga saat ini belum ketemu . Sempat janji bertemu saat ada Muslub Kadin Jabar di Purwakarta, tapi urung jua karena terlalu sore.
Banyak cerita yang menginspirasi dari perbincangan kami yang tak cukup lama lewat gawai, saya semakin yakin, tidak ada kesuksesan dari sebuah leha-leha dan tanpa pertolongan Allah dan saya lega pula karena Salam Bapak telah tersampaikan, walaupun Bapak sudah tiada.
Semoga pendemi segera berlalu sehingga saya bisa segera bertemu Prof Turmudi. Sehat selalu Prof, Aamiin.