Almarhum Bapa adalah seorang petani, petani dengan beberapa petak sawah untuk menghidupi kami sekeluarga. Suatu saat setelah musim tebar benih selesai dan masuk musim tanam, bapa kaget karena benih padi hilang setelah seharian kemarin dicabut untuk ditanam. Ikatan-ikatan benih padi siap tanam itu hilang, padahal seharusnya ditanam hari itu.
Saat itu Bapa hanya menghela nafas panjang, yang ada dipikirannya sepertinya bagaimana mencari benih padi lagi, karena kalau harus menanam ulang membutuhkan waktu yang cukup lama, apalagi ketika ketinggalan masa tanam, padi akan rentan terkena hama atau tikus, belum lagi burung yang siap memakan buliran padi karena yang lain sudah dipanen.
Terucap sebuah kalimat yang masih saya ingat hingga saat ini, "Ang (panggilan untukku), nek wong nyolong wenih pari, dosane kui terus manjang, parine dipanen didadekna wenih maneng hasil sekang nyolong terus nambah maneng dadi pari maneng, terus manjang dosane". Kira-kira dalam bahasa indonesianya begini "Ka, kalau orang mencuri benih, dosa itu terus berkepanjangan, padinya dipanen terus dijadikan benih lagi terus jadi padi lagi, terus manjang dosanya.
Lalu bapa saya melanjutkan perkatanyaa, sekarang coba Aang pikir, bagaiamana kalau orang mau jadi PNS, orang mau jadi Pejabat, orang mau jadi Tentara diawali dengan menyuap? apakah sama kasusnya seperti orang mencuri benih? diawali dengan sebuah dosa dan berkembang dari dosa awal itu?
Kini, Bapa telah tiada tetapi pertanyaan itu masih membekas dalam ingatan saya, benarkah? bila dianalogikan seperti mencuri benih rasanya takut sekali yah, takut ketika diri kita memulai sesuatu dengan dosa dan dosa kita berkembang terus karena pondasinya adalah dosa. Semoga kita terhindar dari hal seperti itu. Aamiin