Suatu ketika ada dua orang kakak beradik yang mempunyai kehidupan yang amatlah kontras, keduanya tumbuh dengan lingkungan masing-masih bahkan seolah tidak ada ciri bahwa mereka berdua adalah sebuah keluarga, maklum saking bedanya. Kakaknya yang tua dengan kehidupan agama yang kental sedangkan adiknya dengan kehidupan urak-urakan.
Kakaknya lebih terlihat rajin dalam beribadah, tak tanggung hampir semua sholat wajib jarang terlewatkan kemasjid, bahkan bisa digolongkan sebagai pemakmur masjid. Kehidupannyapun dikenal ramah dan baik hati, tidak sedikit orang yang menaruh perhatian khusus kepadanya. Namun kehidupannya begitu alim tidak pantas membuat adiknya mengikuti dirinya bahkan kebalikannya.
Adiknya hidup dengan gaya "modern" kebablasan, kerjaan setiap harinya adalah maksiat dan maksiat, pub-pub malam menjadi tempat favoritnya, tempat karoeke dipusat-pusat kota menjadi singgahannya, kehidupannya dikelilingi wanita-wanita yang cantik dan seksi. Banyak uang memang, karena secara dunia adiknya ternyata lebih sukses dengan mengumpulkan banyak uang.
Suatu ketika Sang Kakak termenung sejenak, memikirkan langkah hidup yang dijalaninya saat ini. Hidup penuh dengan pujian akibat selendang "kesolehan" yang disandangnya, entah setan darimana tiba-tiba terbersit untuk mengetahui dan mencoba kehidupan adiknya, "Ah saya coba seperti apa sih rasanya maen di pub-pub malam dan tempat karoeke, sekali saja kok...". Selepas sore diapun berangkat ke suatu pub yang jaraknya tidak jauh dari mesjid, sekitar 1 km. Ternyata tak hanya masuk, lingkungan yang sudah tidak kondusif itu membuat dirinya ada yang menawari rokok, tidak lama setelah merokok, segelas minuman disodorkannya, mabuklah ia, wajar memang karena selama ini tidak pernah sekalipun mabuk.
Disaat yang sama, sang adikpun ternyata sedang merenung, dia memikirkan apa yang sudah dilakukannya selama ini, entah terlintas dari mana iapun menuju kemesjid dan mengambil air wudlu, sholatlah ia dua rakaat. Setelah itu terlihat tetesan air mata mengalir dari matanya. Merenungi, bertaubat dan minta ampun kepada Allah atas apa yang dia lakukan selama ini. Tak henti -hentinya dalam menangis....tiba tiba..
Duaaaaaar...bumi bergetar diguncang gempa yang menghancurkan wilayah itu kurang dari 3 menit...
Setelah gempa reda, warga yang selamatpun bergegas menolong korban-korban yang tertimpa rerentuhan. Alangkah kagetnya warga setelah mengetahui di reruntuhan pub malam itu ada sang kaka yang tewas terhimpit bangunan, tanpa busana dan ditemani seorang wanita yang tewas pula, masih tercium aroma alkohol dimulutnya. Kekagetan warga bertambah setelah ternyata dipuing-puing masjid, ditemukan adiknya meninggal pula dengan keaadaan bersujud yang tidak sempurna akibat menahan beban reruntuhan, sebuah Al Quran tidak jauh dari tangannya.
Kisah tadi semoga menjadi inspirasi kita, kita tidak tau perhitungan Allah kelak seperti apa, hal yang terpenting untuk kita adalah Janganlah kita turuti keinginan kita untuk melakukan maksiat, bahkan sekalipun. Namun ketika terbersit untuk melakukan kebaikan, maka segeralah melangkah. Mudah-mudahan kita digolongkan kedalam orang-orang yang mati dalam keadaan husnul khatimah dan dijauhkan dari Suul khotimah, Amiin.