Apakah anda pernah menyaksikan orang secara bergotong royong menggotong rumah untuk pindahan. Kalau anda pernah, berarti setidaknya seusia dengan saya, atau juga karena tempat tinggal anda masih ada rumah rumah kayu yang siap digotong?
Menggotong rumah untuk dipindahkan di era 90an dan sebelumnya adalah hal yang lumrah ditemui. Kok bisa rumah digotong? Mungkin begitu tanya anak milenial atau generasi termuda. Sangat bisa tentu, serius, ketika sebuah keluarga pindah rumah ke tanah yang baru, mereka akan di bantu tetangga se rt untuk pindahan, mulai dari angkut lemari, nurunin genteng hingga rumah diangkut bareng bareng ke tempat baru. Naikin genteng lagi, pasang bilik lagi hingga rumah bisa ditempati. Bahkan bisa selesai dalam waktu sehari. setiap orang bawa perkakas, setiap orang punya task masing masing, mulai dari gergaji kayu hingga menancapkan paku ke pelapah pisang supaya mudah untuk diambil. Bahkan ada yang tidak kerja, cukup bercanda hingga membuat semua tertawa.
Disadari atau tidak, gotong royong jaman itu begitu nikmat terasa, bisa sambil ngobrol, saling tertawa dan suka ria, tidak dibayar kok, cukup makan alakadarnya saja mereka bahagia. Rasanya tuh keren banget.
Sayangnya tradisi ini nyaris tiada, sebabnya banyak sekali. Bentuk rumah yang cenderung permanen dan bertembok membuat rumah tidak bisa dipindah dengan cara digotong, selain itu, jalan jalan yang semkin sempit juga menyulitkan untuk menggotong dan yang terakhir, dan ini yang tidak saya harapkan adalah semakin lunturnya rasa gotong royong.
Menggotong rumah memang berat, tetapi dengan kebersamaan, dengan keihlasan dan dengan keceriaan jadi berasa ringan. Ayo siapa yang rumahnya mau digotong?