Cerita dan Kisah
Ini Kenakalanku, Itukah Kenakalanmu Duhai Kids Jaman Now?

Ini Kenakalanku, Itukah Kenakalanmu Duhai Kids Jaman Now?

Oleh | Minggu, 04 Februari 2018 07:13 WIB | 9.595 Views 2018-02-04 07:13:41

Siapa bilang anak jaman old gak nakal? sama nakal kok, mereka juga anak-anak yang memang seperti itu diusianya, termasuk saya, saya tidak bilang bahwa saya anak yang baik saat sekolah dulu khususnya saat sekolah dasar. Tentu saya sampaikan disini bukan untuk mengungkap "aib" saya terdahulu, namun hanya untuk membandingkan nakalnya anak jaman dulu dan sekarang. Apa saja kenakalannya?

Saat SD kelas 4, kami terbiasa untuk membersihkan kelas setiap hari sabtu, dan sabtu itu adalah hari dimana saya memecahkan kaca kelas, kaca yang sedang dibersihkan aku buka lebar-lebar, namun naas, pegangan saya tak begitu kuat, saya terlempar keluar dan kaca membalik menutup dengan cukup keras, alhasil byarr pecah dan berujung kena marah di ruang guru.

Saat kelas 4 SD pula, saya secara diam-diam membawa Kalkulator punya Bapak, maklum bapak suka menghitung uang orang, saat saya memakai kalkulator, guruku saat itu kalau salah Bu Irna melaporkanku ke Bapak, tau akhirnya? beberapa pukulan di paha dan jeweran di telinga mendarat saat bapa pulang dari pasar.

Kelas 6 SD menurutku puncak-puncaknya nakal, saya pernah berkelahi dengan teman sekelas, berkelahi karena memegang prinsip dan keyakinan akan sebuah "ilmu pengetahuan", tak pantas memang didebatkan saat itu mengingat usia kami baru kelas 6 SD, tapi memang perdebatan tentang pelajaran biologi saat itu seperti sangat tabu sekali, tak taulah anak kelas 6 SD jaman now.

Masih dikelas 6, saat pelajaran kesenian, guru bilang bahwa "Suara itu gak bisa diperbaiki kalau sudah rusak", sayapun nyeletuk "Bisa mungkin pak kalau ke bengkel", akhirnya sebuah penghapus kayu terbang dari meja guru kearahku. Di penghujung sekolah dasar, saat waktu "bebas" setelah EBTANAS, saya alhamdulillah disuruh berlari memutari lapangan upacara 10 kali, hal ini disebabkan karena saya sebagai ketua kelas ikut teman-teman untuk main ke matras, sebuah bendungan dengan air yang jernih, tidak ada yang salah memang kesana, sayangnya saya datang kesana ketika jam pelajaran belum usai.

Kenanakan-kenakanalan itu benar adanya, tetapi alhamdulilah tidak terulang kembali. Kenapa? karena saya, teman-teman sangat takut akan guru, mereka melotot saja nyali kami ciut, apalagi ketika sudah memegang penggaris kayu yang panjangnya satu meter itu. Kenakalan itu membuat kami paham bahwa berkreasi itu ada batasnya, berteman itu ada aturannya, berdebat itu harus tanpa emosi dan segala hal positif yang saya rasakan sekarang.

Kini, begitu miris melihat "kenakalan" anak jaman sekarang, tak usah diceritakanlah, betapa sudah lemahnya kepribadian mereka, siapa yang salah? yang salah tentu anak jaman dulu yang tidak bisa menjadi orang tua, iya, mereka itu adalah kita. Jangan salahkan Jokowi, kasian presiden kita yang sedang sibuk membangun jalan tol, membangun jembatan dan bandara. Biar kita saja yang bertanggung jawab. Jadikan anak-anak kita cinta akan gurunya, takut akan gurunya dan menteladani gurunya yang baik.

Guru kami segalak apapun kami cinta mereka, bahkan sangat meridukannya, karena merekalah orang tua kami, orang tua yang telah memberikan berbagai llmu, tak hanya ilmu matematika, fisika atau lainnya, tetapi mengajarkan sebuah ilmu yang terpatri hingga kini, Agama dan kebribadian.


Baca atau Download PDF Adi Sumaryadi - Bicara IT dan Internet







Mungkin anda tertarik menonton video tentang Mau Jadi Orang IT? Inilah Peta Jalan atau Roadmap yang Harus Ditempuh

Cerita dan Kisah Lainnya
Petani dan Tikus dalam Karung
Jum'at, 11 Desember 2020 13:13 WIB
Petani dan Tikus dalam Karung