Campur-Campur
Menghitung Efektifitas Komunikasi Publik Melalui Singkatan

Menghitung Efektifitas Komunikasi Publik Melalui Singkatan

Oleh | Selasa, 10 Agustus 2021 07:27 WIB | 2.554 Views 2021-08-10 07:27:49

Sebenarnya penggunaan singkatan dalam pelbagai hal sudah dilakukan jauh-jauh hari, bahkan sejak perang kemerdekaan, penggunaan singkatan dalam kebijakan pemerintah atau kebijakan-kebijakan perusahaan swasta digunakan sebagai bahasa komunikasi publik, tujuan utamanya supaya mudah diingat.

Petani misalnya, adalah kependekan dari Penyangga Tatanan Negara Indonesia yang dibuat era Soekarno. Singkatan itu harus enak didengar, gampang diingat dan tentunya bisa memiliki makna baru yang memiliki relevansi dengan kepanjangannya itu sendiri.

Pada jaman orde baru, banyak sekali singkatan yang dilakukan untuk mempermudah komunikasi, nama kebijakan dan berbagai hal, kita masih ingat ada Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun), GBHN (Garis Besar Haluan Negara) dan yang lainnya.

Namun, namanya orang Indonesia, gak asik kalau singkatan tidak ada plesetannya. Jaman dulu saya sering mendengar PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) diplesetkan menjadi Pak Guru Reke Ilang atau Bapak Guru Koreknya ilang, yang kemudian bisa menjadi sangat parah bila singkatan itu makin menjadi misalnya KB (Keluarga Berencana) menjadi Keluarga Berantakan. Yang terbaru adalah PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), yang puluhan plesetannya bertebaran di sosial media.

Plesetan yang ada sebenarnya secara tidak langsung merupakan hasil dari efektifitas komunikasi, artinya, singkatan itu sudah ada di benak publik, walaupun bisa jadi yang benar-benar tertanam adalah plesetannya, namun disadari atau tidak, kepanjangan aslinya sebagian besar paham.

Singkatan juga ada beberapa jenis, ada yang mengambil hanya huruf awalnya saja, tengah, atau suku kata. Orang sunda juga sering melakukannya dengan singkatan-singkatan lucu seperti Toktiwurlana (Batok ditiir siwur ngarana) atau Toktar (Tai kotok dina gantar) dan yang lainnya. Pengambilan singkatan yang menurut saya terlalu memaksakan sering saya temukan di brand muslim, Rabbani, siapa yang pernah milihatnya? tapi apapun itu, terbukti efektif membuat ingat dan membuat kesel ðŸ™‚.

Salah satu figur yang gemar menggunakan singkatan suku kata adalah Kang Ridwan Kamil, beberapa diantaranya misalnya nama RS di Pangandaran yaitu Pandega (Pangandaran Sehat dan Bahagia), Pikobar, Gurilaps, Ngabring ka Sakola (Ngabaso), Satu Desa Satu Hafidz (Sadesha), Kotak Literasi Cerdas (Kolecer), Maca Dina Digital Library (Candil), Sekolah Perempuan Capai Impian dan Cita-cita (Sekoper Cinta) dan yang lainnya.

Sebelumnya, Aa Gym menggunakan singkatan juga dalam nasehat dan ceramahnya, seperti 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun), 3M (Mulai dari diri sendiri, Mulai dari yang terkecil, Mulai saat ini), Bebas Komiba (Berantakan Rapihkan, Basah keringkan, kotor bersihkan, Miring luruskan, bahaya amankan), walaupun ada saja teman yang memplesetkan Bebas Komiba menjadi ( Bebas Kongkong-kongkow, minum dan bergibah) ðŸ˜ƒ.

Membuat singkatan yang menarik memang butuh kreatifitas yang tinggi, untuk membuat singkatan itu terdengar mengelitik dan mudah diingat harus pula memiliki selera humor tinggi.

Saya teringat salah satu singkatan yang dibuat oleh Guru olahraga saya semasa SMA, mari kita 7S katanya, apa itu 7S, ternyata Supak Sepak Saban Sonten Supados Sehat Salira.

Penutup, coba disingkat jadi apa kepanjangan dari bahasa jawa yang saya ingat ini? Sinten Sing Saget Singsot Saking Silit Sing Suantenipun Sae Sanget Suit Suit Suit Suit Suit Suit? 


Baca atau Download PDF Adi Sumaryadi - Bicara IT dan Internet







Mungkin anda tertarik menonton video tentang Mau Jadi Orang IT? Inilah Peta Jalan atau Roadmap yang Harus Ditempuh

Campur-Campur Lainnya
Balada Uang Seratus Ribu
Selasa, 21 Juni 2022 12:34 WIB
Balada Uang Seratus Ribu
Kenapa Harus ada Polisi Tidur?
Senin, 06 Juni 2022 06:04 WIB
Kenapa Harus ada Polisi Tidur?